Warung Bebas Videos

Kamis, 01 Maret 2012

DIPTARA


DIPTARA


Posted: 01 Mar 2012 09:13 AM PST
Semakin seringnya saya melakukan transaksi Pembelian ke Luar Negeri di internet membuat saya makin mengenal banyak karakter orang dari berbagai negara. Dari sekian banyak orang yang pernah berkomunikasi dengan saya, orang China menurut saya mempunyai karakter sedikit berbeda dengan orang Asia lainnya, maupun orang Amerika, Eropa, dan orang dari negara kita dalam hal cara berkomunikasinya. Khususnya dalam hal komunikasi marketing.


Mengapa orang China berbeda? Apa perbedaannya? Sebelum saya bercerita, saya ingin menceritakan sedikit tentang kisah cinta saya di masa lalu yang mungkin bisa menjadi pelajaran buat Anda agar kisah cinta saya ini tak terjadi pada Anda. Anda mau mendengarnya?

Meet Women

Dulu, tahun 1997 saat saya masih muda pernah jatuh cinta kepada seorang gadis. Dan saya melihat gadis tersebut juga punya perasaan yang sama dengan saya. Kami sempat dekat dan hampir seperti sudah berpacaran. Namun akhirnya cinta tersebut kandas di tengah jalan karena gadis yang saya cintai tersebut diam-diam ternyata berpaling kepada pria lain. Dia lebih memilih pria lain yang ketimbang saya. Saya pun menjadi ragu apakah dia, gadis yang saya cintai itu punya perasaan yang sama dengan saya apa tidak. Dan akhirnya saya memutuskan melupakan gadis tersebut.

Dan akhir bulan Februari 2012 kemarin. Artinya setelah 15 tahun berlalu atau 13 tahun saya terakhir kali pernah melihat dia, tanpa saya duga saya kembali berjumpa dengannya. Dia, wanita yang pernah saya cintai tersebut tiba-tiba menghubungi saya. Saya kaget bercampur senang menerima telpon dari dia. Dia bercerita panjang lebar ke saya. Sekarang dia sudah menikah, punya suami dan anak sama seperti halnya saya saat ini. Tapi dia tidak menikah dengan pria yang dipilihnya saat meninggalkan saya 15 tahun lalu itu.

Karena kami sudah sama-sama menikah tanpa beban dia bercerita tentang kisah cinta masa lalunya, khususnya perasaan dia yang sesungguhnya kepada saya waktu itu. Dia bercerita ke saya kalau dulu sebetulnya dia juga mencintai saya. Namun karena saya kurang agresif dan lambat nembak dia jadinya dia ragu kepada saya apakah saya punya perasaan yang sama terhadapnya. Dan akhirnya dia lebih memilih berpaling kepada pria lain. Dia kecewa kepada saya karena saya lambat dan kurang agresif. Daripada menunggu cinta yang tidak pasti terpaksa memilih pria lain. Begitu penuturannya.

Akh, ada sedikit perasaan sesal di hati mendengar itu. Sayang sekali sekarang sudah terlambat. Saya menyesal kenapa dulu saya kurang agresif nembak dan ngejar dia. Kalau saja dulu saya sedikit lebih berani mengungkapkan perasaan hati saya yang sebenarnya dan nembak dia pasti saya bisa mendapatkan dan memiliki dia.

Stop, cukup segitu saja ya ceritanya. Lalu bagaimana kelanjutannya? Anda boleh-boleh saja berandai-andai apakah cinta itu nanti berlanjut apa tidak. He2…

Sekarang saya akan lanjutkan lagi cerita saya tentang orang China. Kemarin saya baru saja kirim email ke salah satu supplier di Alibaba. Suppliernya berasal dari negara China. Tanpa saya duga sales managernya selain membalas email dan SMS saya, orangnya dengan sangat mengejutkan tiba-tiba melakukan panggilan SLI nelpon ke ponsel saya. Inti telponnya, meski dengan bahasa Inggris logat China yang agak susah saya pahami tapi saya bisa menangkap. Dia mau follow up masalah order saya.

Bayangkan telpon SLI buat follow up. Apa ini tidak agresif sekali marketingnya? Karena kebanyakan komunikasi dengan seller dan merchant luar negeri, saya seringnya hanya melalui email saja. Jarang yang sampai nelpon begini.

Kesimpulan dari kedua kisah di atas adalah kalau Anda punya cinta kejarlah sampai dapat. Jangan ragu-ragu dan menyerah kalah sama pesaing Anda. Sama juga dalam marketing jika seorang prospek (calon klien) sudah masuk mendekat, kejar dan tangkaplah sebelum dia diambil kompetitor Anda. Contoh apa yang dilakukan oleh sales manager dari China tersebut saya pikir cukup memberi pelajaran berharga bahwa dalam marketing kita tidak bisa menunggu diam dan membalas seperlunya tapi kalau bisa terus mengejarnya sampai dapat. Sama seperti mengejar cinta, bukan?


Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar