DIPTARA |
Posted: 21 Jan 2012 03:32 PM PST Sisi trust, lagi-lagi tentang kepercayaan transaksi e-commerce di negara kita. Saya ada pengalaman agak kurang menyenangkan pernah diinterogasi oleh calon klien saya. Saya sebut interogasi karena mirip benar dengan gaya bertanyanya Polisi waktu sedang Mem-BAP saya. He2... Broken Trust Ada klien yang mau transaksi senilai $70-an USD dengan saya tapi tanyanya macam-macam. Inti pertanyaannya jelas, saya ini nipu apa tidak. Saya kutip sebagian pertanyaan dari klien yang pernah diajukan ke saya via Twitter:
Saya hanya tersenyum kecut kala menerima pertanyaan seperti itu. Antara wajar dan bisa menerima karena memang begitu banyak kasus scam di negara kita sehingga wajar saja jika ada orang yang begitu hati-hatinya dan curiga sama orang di internet. Namun, di sisi lain juga kurang bisa memahami kenapa ada orang yang begitu curiganya ke saya sementara orang yang bertanya seperti itu seorang intelektual muda yang sangat melek internet. Karena saya melihat dia juga sangat aktif di Twitter. Kedua, bagaimana mungkin dia masih tetap menaruh curiga ke saya, sementara saya sudah membuka kran diri saya seluas-luasnya di internet untuk dihubungi dari semua jalur komunikasi. Catat, semua jalur. Memang, sih tidak ada yang bisa menjamin saya tak menipu. Tapi setidaknya jika orang tersebut cukup melek internet harusnya bisa membedakan mana-mana orang yang serius berjualan di internet dan mana-mana penipu online yang berkedok jualan. Gimana cara membedakannya? Mudah sekali sebetulnya. Saya pernah menulis ciri-ciri situs penipu di internet. Baca artikel ini "Inilah 5 Ciri-ciri Situs E-Commerce Scam di Internet". Selebihnya, yang jelas kalau orang tersebut berniat menipu pasti menutup rapat-rapat data dirinya siapa dan pasti memberikan nama dan alamat tak jelas atau fiktif di internet, tak mungkin memberikan data lengkap seperti nama asli, alamat kantor/rumah dan telpon PSTN lengkap di situs atau blognya. Kebanyakan hanya memberi nomor ponsel prabayar saja. Ya, kalau sesama bangsa sendiri saja tidak bisa saling percaya, tentu saja jangan heran apalagi menyalahkan bangsa lain, contoh seller di eBay dan Amazon yang masih belum semuanya mau transaksi e-commerce atau mengecualikan buyer Indonesia dalam daftar layanannya. Trust Me Hem, mungkin ada yang bertanya lalu bagaimana cara saya membangun trust dan meyakinkan klien saya agar mereka bisa mempercayai saya? Saya selama ini melakukan beberapa hal berikut ini agar klien mau mempercayai saya.
Itulah cara saya meyakinkan orang dari sisi trust di internet. Jika ke-7 cara itu masih belum cukup berhasil meyakinkan calon klien, saya nyerah dan biasanya akan bilang ke mereka seperti ini: "Sebaiknya Anda cari di tempat lain saja atau belanja di pasar tradisional yang jelas, jangan belanja online yang tumpuannya memang sebuah kepercayaan." Sumber Foto: Broken Trust | Trust Me |
You are subscribed to email updates from DIPTARA blog To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar